“ To be NICE PERSON ” itulah untaian kata pembukaan artikel ini. Pernahkah kita
berpikir tentang apa yang harus dilakukan untuk membahagiakan orang lain,
membuatnya tersenyum dan merasa dihargai?.
Jika belum mari kita simak ulasan berikut ini.
Rosululloh
bersabda : Setiap hikmah dari kebajikan yang
kita temui pada dasarnya adalah milik umat Islam yang hilang. Situasi
masyarakat yang dipenuhi kritik dan pertikaian, cenderung semakin individualis
dan EGP dengan kesulitan yang dialami orang lain. Sikap peduli, memberi
kehangatan dan kebahagiaan pada sesama, seolah menjadi perbuatan yang sangat
langka. Ketika orang-orang berlomba mencari kesenangan pribadi. Sudah cukup
lama manusia yang diciptakan sebagai sebaik-baiknya mahluk menampakkan sifat
egois, seenaknya sendiri, tinggi hati, merendahkan orang lain, dan sebagainya.
Dan kini saatnya kita merubah predikat tersebut menjadi pribadi yang
menyenangkan sebagai mutiara yang hilang itu.
Pribadi menyenangkan: Masalah hati
Ketika hati
penuh dengan penyakit maka lisannya (ucapan) tak akan menyenangkan, hal tersebut tidak dapat dibohongi, lisan itu
ibarat pasukan dan hati adalah komandannya. Isi hati sering terekspresi melalui
bahasa tubuh. Misalnya hati yang dengki akan dapat membuat seseorang memukul,
kaki menendang. Bahkan mulut pun bisa Monyong.
Menurut seorang psikolog Ery Soekresno, menyebutkan prilaku hati sebagai ciri
utama hati pribadi muslim yang menyenangkan adalah ia seorang yang lembut,
pemaaf, dan mau bernegosiasi dalam segala hal. Kata lembut berarti penyayang dan
mudah tersentuh oleh kebaikan, tapi tetap tegas dengan hal-hal prinsip sebagai
seorang muslim. Sedangkan sikap pemaaf menunjukkan kesiapan memberi maaf kepada
orang yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dan bertaubat. Ia
menyadari bahwa setiap orang pernah salah,
tidak ada manusia yang sempurna. Sedangkan mau bernegosiasi menandakan
kerendahan hati seseorang untuk menerima pikiran dan sikap orang lain.
Empati dan Komunikasi
Agar dapat
bernegosiasi dengan baik, seseorang membutuhkan kemampuan dala berempati,
kemampuan memecahkan masalah, kepedulian, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain. Orang yang dapat berempati akan dapat merasakan kesulitan orang
lain. Karena ia mampu memahami karakter dan permasalahannya. Dengan membangun
sikap berempati kita akan mudah diterima orang lain, dan sebaliknya. Orang yang
pandai berkomunikasi dapat menjadi pendengar yang baik sekaligus penyampai
pesan yang baik. Ia pandai memilih kata yang dipakai buat untuk menyejukkan orang yang mendengar. Seringkali, maksud yang
baik tapi disampaikan dengan cara yang tidak pas, sehingga pesan itu tidak
diterima sebagai pesan yang baik, bisa-bisa lawan bicara malah tersinggung
sampai memutuskan hubungan, paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan
untuk menjadi orang yang menyenangkan enak dilihat dan enak didengar. Enak
dilihat berarti penampilan yang baik dan benar, enak didengar berarti ketika
diajak bicara nyambung dan dan apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Masih
memperjelas gambaran pribadi menyenangkan
sebagai orang yang dapat membahagiakan orang lain, wajahnya berseri
penuh senyum. Jika tidak bertemu saudara atau temannya akan merindukannya.
Kegagalan Interaksi
Mengapa harus
menjadi pribadi yang menyenagkan dalam pergaulan?, sebab pribadi yang tidak
menyenangkan akan mengalami kegagalan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya
bahkan dikucilkan dan tidak disukai dalam pergaulan. Berkembangnya konflik yang
tidak sehat, gunjingan bahkan pertikaian adalah dampak negatif dari kegagalan
interaksi.
Orang yang
memiliki kepribadian tertutup memiliki peluang menjadi orang yang tidak
menyenangkan dalam pergaulan kita sulit
tahu mencari tahu apa masalah yang dialami orang tertutup, mereka cenderung
sulit berubah sebelum terkena masalah. Artinya selama mereka masih aman
keadaanya mereka akan cuek, orang semacam ini cenderung merasa orang lain lah yang bermasalah, bukan dia.
Orang yang
menyenangkan akan mendatangkan manfaat bagi diridan lingkungannya. Kehadirannya
selalu dinanti karena menyegarkan suasana, dan menimbulkan kenyamanan bagi
lingkungannya. Ia memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah.
Menuju Pribadi yang Menyenangkan
Mengucapkan
salam merupakan langkah awal menuju pribadi yang menyenangkan. Salam adalah
do’a, menebarkan salam berarti kita mendoakan orang lain agar mendapatkan
keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah. Sampaikanlah salam pada umat muslim
dengan wajah tersenyum, sebab senyum itu Shodaqah.
Untuk menjadi
pribadi yang menyenangkan hindarilah sifat mengolok-olok atau mengejek orang
lain. Manusia paling tidak suka dengan ejekan, celaan, terhadap aib diri
perbuatan itu umumnya akan menjadi pukulan yang menyakitkan. Sebagian orang
yang lain sikap tersebut menumbuhkan minder yang dapat mematikan potensi seseorang.
Tidak sedikit orang takut berbuat, takut melangkah dan pesimis karena sering
menerima ejekan. Namun masyarakat sudah terbiasa mengembangkan budaya itu sehingga
kurang peka terhadap perasaan orang lain. Ejekan atau olok-olok tampak sepele,
tapi dapat membekaskan hal yang tidak menyenangkan dalam hati. Terkadang kita
mengejek orang dengan cacat fisik,atau hal buruk lainnya, seolah ia tak
memiliki kebaikan. padahal setiap orang pasti memiliki hal positif di balik
sifat buruknya.
Mengembangkan
sifat positif dengan menghapus segala prasangka buruk, berbuat baik dan tidak
dendam pada orang lain adalah resep untuk menjadi pribadi yang menyenangkan.
Jika kita berbuat baik pada orang lain, insya Allah ia tidak akan berbuat
dzalim kepada kita. Resep berikutnya dengan memelihara lidah, termasuk di
dalamnya tidak usil mencampuri urusan orang lain yang memang tidak perlu dan
tidak suka Ghibah (Menggosip).
Hati merupakan
kunci penggugah kebahagiaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu penuhi hati
dengan kebaikan-kebaikan. Diantara kebaikan yang utama adalah memenuhi hati
dengan cinta, cinta kepada Allah dan manusia. Jika kita telah mencintai sesama,
tentu kita akan belajar menghargai dan menganggap penting siapapun orang yang ada
di dekat kita dengan iklas.
Kemudian tips
selanjutnya dengan menerapkan Ahlakul Karimah
dalam kehidupan kita. Misalnya dengan bersikap rendah diri, suka memberi,
menghargai dan menghormati orang lain, dan menyenangkan tamu. Islam juga
mengajarkan berbuat baik kepada tetangga. Jika kita memasak sesuatu, berikanlah
pada tetangga yang paling dekat(minimal). Insya Allah keiklasan kita dalam
memberi akan membuatnya merasa senag dan bahagia.
Terlanjur Dianggap menyebalkan
Memang tidak
mudah jika keluarga, teman-teman dilingkungan kita telah mencap kita sebagai
seorang yang menyebalakan. Julukan Si
Jelek misalnya, yang telah melekat pada diri. Adakah peluang untuk memiliki
peluang baru?
Pembentukan
pribadi manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, mulai dari pendidikan, pola asuh orang tua, pengalaman masa
lalu, lingkungan, dan sebagainya. Seorang anak yang dianggap nakal dan
merepotkan oleh orang tuanya peluang untuk tumbuh menjadi pribadi yang
menyenangkan sangat minim kelak. Anak yang biasa dicaci, dimarahi,
dikritik dan tidak pernah dipuji akan
memandang dunia sebagai hal yang negatif. Sedangkan anak yang selalu diberi
penghargaan, diberikan hak untuk mengungkapkan pikirannya akan memandang dunia
dengan indah. Dan dia akan memberikan keindahan itu melalui sikap dan prilakunya.
Namun ini bukan harga mati, sebab manusia memiliki peluang untuk merubah
dirinya (Qadar), termasuk sikap dan kepribadiannya. Faktor pengubah diri yang
utama adalah interaksinya dangan ajaran agama Islam. Kita bisa melihat proses
perubahan karakter menuju yang lebih positif. misalnya pada sahabat Umar, ia
yang berwatak keras terhadap kemungkaran, tapi dapat berksikap lembut dengan
para saudaranya. Karena itu, tak perlu putus asa: Rubahklah diri anda sekarang
juga!, ini adalah nasehat yang sering disampaikan untuk melakukan memperbaiki diri, kita tak
perlu malu-malu dan ragu untuk memulai kebaikan. Kemarin mungkin mereka
mengatakan kita sebagai si Judes, Si Pemarah,mengapa hari ini kita tak berusaha
menjadi si Ramah atau si Sabar?
Bagaimana caranya?,
kuncinya adalah latihan, ilmu dapat diperoleh dengan belajar, tapi sabar itu
diperoleh dengan latihan sabar, maka oang pemarah dapat dilatih kesabarannya
melalui interaksi dengan nilai Islam. Misalnya anjuran mengatasi marah dengan
duduk, berbaring, atau wudhu. Meski agak sulit merubah pribadi setelah dewasa,
namun dengan bantuan lingkungan, bisa tejadi.itulah yang disebut dengan hidup
berjamaah ada nasihat, ada dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, apalagi faktor
lingkungan menyumbang 80% dalam proses pembentukan pribadi seseorang.
Kita bukan
sekedar berpikir bagaimana menjadi orang
yang menyenangkan, tapi juga bagaimana membantu orang lain memperbaiki diri.
Ini pernyataan yang harus menjadi bahan renungan kita, terlebih ditengah kultur
dan kebiasaan bersikap antipati terhadap orang yang dianggap menyebalkan atau
si Pembuat onar. Sebenarnya tidak sulit, jika kita mau memulai sekarang.