Perkembangan
ilmu pengetahuan dan tuntutan perekonomian modern semakin membabi buta tak
terarah baik dalam memanfaatkan segala sesuatu, seandainya sesuatu yang
dimanfaatkan baik untuk semua pihak dan tidak bertentangan dengan ajaran
syariat Islam masih bisa ditolerir penggunaannya, namun sekarang sebagian
masyarakat demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya mereka menghalalkan
segala cara supaya penghasilan mereka maksimal dengan biaya minimal.
Kondisi ayam
hidup selama pendistribusian menuju wilayah kota dalam keadaan berdesakan,
waktu tempuh relative lama, terjadi stres selama. Beberapa faktor tersebut
menyebabkan tingkat kematian ayam, ditambah wabah kondisi ayam yang gampang
terserang dan tertular penyakit dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah
yang mematikan ayam sehingga berpotensi memperbesar angka mortalitas ayam.
Dari banyaknya
faktor-faktor tersebut terbukti bahwa selama proses pendistribusian ayam menuju
kota, angka mortalitas ayam sangat tinggi. Banyaknya jumlah ayam yang mati
menyebabkan kerugian besar bagi penyuplai daging ayam, namun untuk mengatasi
permasalahan tersebut mereka tetap memperjualbelikan daging ayam bangkai
selayaknya daging ayam yang disembelih normal, meskipun pada dasarnya hal
tersebut sudah dilarang agama dan pemerintah.
Survey pasar
mengenai pengamatan daging ayam bangkai kami laksanakan di pasar Gadang dan
pasar Gadang pada hari Minggu dimulai jam 02.00 WIB sampai jam 04.30 WIB dengan
berbagai strategi penyamaran. Mulai dari mahasiswa, tukang cilok , pedagang
bakso. Pada survey ini kami di bagi menjadi beberapa kelompok per kelompok
berjumlah dua orang dengan berdalih untuk membeli daging ayam nomor dua dan
daging ayam teller.
Hasil survey
yang kami lakukan tidak terbukti satupun pedagang yang mengakui adanya
penjualan daging ayam bangkai dari sekitar 40 pedagang. Namun ada beberapa hal
yang mencurigakan dari daging ayam yang digunakan mulai dari segi fisik daging,
ada beberapa daging yang warnanya kemerah-merahan, putih, kekuningan, dan
berbau obat-obatan, daging lembek anyir. Sekitar 40% dari keseluruhan pedagang
yang kami indikasikan menjual daging ayam bagkai. Namun ada sedikit pernyataan
pedagang yang menggelitik seperti ini “ Adanya ya.. ini mas… silahkan mau beli
berapa bagian apa…”, mereka tidak mengakui ada daging bangkai, namun membuat
pernyataan ambigu tersebut. Terdapat ketakutan dari pihak pedagang untuk
mengakui karena pernah beberapa waktu lalu seorang pedagang daging ayam bangkai
tertangkap. Ada lagi beberapa penjual daging yang tidak mengerti istilah yang
kami sampaikan, kemudian ada pedagang yang tiba-tiba marah ketika kami hendak
membeli daging tersebut.
Strategi
pemasaran yang digunakan para pedagang untuk memasarkan daging ayam bangkai
dilakukan dengan di campur daging ayam segar, kemudian untuk membeli daging
ayam bangkai dengan partai besar berdasarkan informasi yang kami peroleh dari
seseorang di pasar harus melalui pihak ketiga sebagai perantara yang tentunya telah
dipercaya masyarakat, yang sebelumnya telah dipesan, harga yang ditawarkan
sebesar Rp. 10.000 per ekor bukan per
kilo. Oleh sebab itu sabagai saran buta anda ketika hendak membeli daging ayam
pastikan belilah ditempat yang telah tepat yang telah anda ketahui asal-usul
daging tersebut mulai dari ternaknya hingga penyembelihannya agar terjamin
tingkat kehalalannya.(bas)
0 komentar:
Posting Komentar