Tibalah waktu
Ujian, batas pengumpulan tugas, keterbatasan pilihan, terdesak. Saat inilah
seakan-akan kita hidup memiliki tujuan yang jelas. Bagi yang date line tugas,
semua pikiran terfokus pada tugasnya masing-masing, bagi yang ujian langsung
memakai Sistem Kebut Semalam (SKS). Dan bagi yang terdesak, semua cara, ide
muncul seketika dari pikirannya yang cemerlang.
Sadar kah kita betapa besar potensi pikiran yang kita miliki namun
banyak dari kita yang menyia-nyiakan potensi itu. Dengan pikiran segala sesuatu
yang kita harapkan dapat terwujud (tentunya punya akal tidak sekedar untuk
mikir doank) tapi fitrahnya pikiran ini tak berarti apa-apa jika tidak ada
usaha untuk mewujudkannya. . . iya gak?.
Dan bagaimana saat waktu luang apa yang kita lakukan? Mondar mandir tidak ada
arah yang pasti.
Pernahkah kita
merasakan penyesalan dalam hidup kita?, kalau tidak pernah, luar biasa sekali. Sedangkan
kalau pernah berarti gak Cuma saya yang pernah ngerasain penyesalah… he..he… (soalnya
sering gak tepat dengan apa yang saya rencanakan J).
Dari mana datangnya penyesalan?, apakah dari Orang lain?. TIDAK!, penyesalan
yang terjadi semata-mata dari diri sendiri, tak ada hak kita untuk menyalahkan
orang lain dari penyesalan yang kita perbuat. Pada akhirnya kita sendiri yang
akan memutuskan apakah sesuatu itu kita sesalkan atau tidak.
Taukah sobat. Saya
pribadi sering mengalami Istilah “penyesalan” dan itu tidak satu atau dua kali,
hampir setiap hari saya mengalaminya. Dan semua itu karena kecerobohan diri
saya pribadi. Pada dasarya saya tau bahwa apa yang saya lakukan salah. Tapi kesalahan
itu terus terulang (hati-hai ya) sehingga menjadi kebiasaan. Saat kesalahan
telah jadi kebiasaan semua kesalahan akan ditolerir tanpa ada pembenahan. Tapi bagaimana
perasaan hati nurani?, hati tak kan pernah ingkar. Ketika kesalahan itu telah
dilakukan dan terbiasa, hati nurani akan berusaha mengingatkan diri kita. Sehingga
tak jarang diantara kita sering mengalami kegalauan saat kesalahan itu kita
lakukan meskipun itu sudah biasa, hidup ini tidak akan tenteram dengan kita
terus melakukan kesalahan.
Terus bagaimana
dengan sebuah kebiasaan yang terlanjur tertanam dalam diri kita?, pastinya
tidak usah dipupuk dan disiram!, biarkan kebiasaan buruk itu mengering, jangan
biarkan ada mikroorganisme yang mencoba menyuburkan, atau orang lain yang
merawat kebiasaan buruk itu. Fokuslah pada tujuan harapan. Tinggalkan ladang
kebiasaan buruk, bongkar dengan kebiasaan yang benar, tentunya sesuai dalam
al-Quran dan al-Hadist. Jangan hiraukan apa yang dikatakan orang lain tapi
niatkan semuanya karena Allah SWT. Bukan ayah, bukan Pacar, Just One! Karena sang
Pencipta. Jangan melihat apa kata orang tapi songsong keindahan dalam jalan
yang benar.semakin kita tejerumus dalam jurang semakin sulit pula kita meragkak naik!
0 komentar:
Posting Komentar