Oleh : Basthomi
Izza A (105050100111168)
1.1 PSDSK 2014
Program
Swasembada Daging Sapi Kerbau Tahun 2014 (PSDSK-2014) merupakan tekad bersama
dan salah satu dari program utama Kementerian Pertanian yang terkait dengan
upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya
domestik khususnya ternak sapi potong. Swasembada daging sapi sudah lama
didambakan oleh masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi bakalan
maupun daging semakin menurun dengan mengembangkan potensi dalam negeri
(Menteri Pertanian, 2010). Program ini dicetuskan sejak
tahun 2000 sampai sekarang mengalami pengunduran target sebanyak 3 kali, PSDSK
2014 sebenarnya merupakan program lanjutan yang telah dicanangkan sebelumya
sejak tahun 2001 - 2005. Pada waktu itu, program bernama kecukupan daging sapi.
Program tersebut ternyata lebih banyak bersifat rencana dan sama sekali tidak
didukung oleh anggaran yang memadai sehingga lebih banyak bersifat wacana.
Program swasembada daging sapi dicetuskan lagi menjadi Program Percepatan
Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) 2008 - 2010. Program ini juga gagal
mencapai target karena berbagai alasan antara lain kebijakan program yang
dirumuskan tidak disertai dengan rencana operasional yang rinci (Trobos, 2010).
Keberhasilan
program swasembada daging sapi dan kerbau 2014 akan sangat tergantung kepada semua
pihak, mulai dari pemerintahan, sampai seluruh penduduk Indonesia dan berbagai
pihak lainnya yang terkait, sehingga bagaimanapun baiknya program yang disusun
tidak akan berhasil tanpa partisipasi optimal dari seluruh perangkat yang
terkait.
Dengan
berswasembada daging Sapi-Kerbau diharapkan mampu:
(1) meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan peternak
(2) penyerapan tambahan tenaga kerja
baru
(3) penghematan devisa Negara
(4) optimalisasi pemanfaatan potensi
ternak sapi local
(5) semakin meningkatnya peyediaan
daging sapi yang Aman, Sehat, Utuh dan
Halal (ASUH) bagi masyarakat sehingga ketentraman lebih terjamin.
1.2 Potensi Negara Indonesia Dalam
Pengembangan Peternakan
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan
tumbuh dengan cepat. Indonesia memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman.
Indonesia
dikenal sebagai negara agraris. memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha
yang telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di Indonesia menghasilkan
berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai,
sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia
juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet, kelapa sawit, tembakau, kapas, kopi, dan tebu (Wikipedia,2010).
Dilihat dari
potensi yang dimiliki Negara Indonesia “Agraris” memiliki potensi yang cukup
besar pada bidang perkebunan dan pertanian sdalam membangun sektor Peternakan.
Perkebunan dan pertanian penghasil komoditas utama sisa produksi yang tidak
bernilai berupa limbah. Limbah tersebur akan memiliki nilai optimal jika
dimanfaatkan dengan tepat salah satunya sebagai pakan ternak yang berkualitas.
Misalnya tanaman padi, tanaman tersebut menghasilkan produk utama berupa beras,
sisanya limbah berupa jerami, sekam, dedak. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai pakan berkualitas untuk ternak sapi, kerbau, kambing, mereka memiliki
pencernaan yang bagus dalam memproses serat
pada sistem pencernaannya. Limbah ini hanya sebuah contoh, dan hampir
semua limbah pertanian-perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang bagus
untuk ternak Ruminansia. seperti limbah jagung, kelapa sawit, umbi dan yang lainnya.
Menurut Syamsu (2003) bahwa produksi limbah pertanian di
Indonesia sebagai sumber pakan ruminansia adalah 51.546.297,3 ton bahan kering
atau 23.151.344,6 ton TDN. Limbah pertanian dapat menyediakan pakan untuk
ternak ruminansia sebanyak 14.750.777,1 ST. Dengan populasi ternak ruminansia
saat ini 11.995.340 ST sehingga memungkinkan untuk penambahan populasi ternak
ruminansia sebesar 2.755.437,1 ST atau 18,68%. Akan tetapi kenyataannya berbeda,
potensi besar ini belum diberdayakan
secara optimal. Buktinya Indonesia masih mengimpor daging dan ternak
Sapi-Kerbau dari berbagai Negara untuk mencukupi kebutuhan daging di dalam
negeri.
1.3 Realitas Kondisi Peternakan Di Indonesia
Pada awal dekade 70-an, hampir
separuh output perekonomian nasional tercipta di sektor pertanian. Pangsanya
mencapai 45 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada saat yang sama,
sekitar 67 persen angkatan kerja kita juga menggantungkan hidupnya di sektor
pertanian.
Kini, setelah empat dekade berlalu,
struktur perekonomian nasional telah jauh berubah. Sektor pertanian tak lagi
dominan. Di 2011,misalnya, pangsanya tinggal 14,7 persen terhadap PDB,
menempati posisi kedua setelah industri pengolahan (24,3 persen). Namun demikian, sektor pertanian tetap menjadi tumpuan hidup
bagi sebagian besar angkatan kerja. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,
sekitar 36,5 persen (41,20 juta orang) dari 112,80 juta penduduk yang bekerja
pada Februari 2012 menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, baik sebagai
petani maupun buruh tani. Artinya, jika bukan karena sektor pertanian, angka
pengangguran terbuka di negeri ini dapat dipastikan akan meledak (kopasiana.com
8/12). Jumlah populasi ternak ruminansia dalam kurun waktu 1997-2001 untuk sapi
potong, kerbau, kambing dan domba mengalami penurunan/tahun sebesar 1,46%,
6,73%, 2,89% dan 0,55%. Dilain pihak tingkat pemotongan ternak dalam kurun
waktu yang sama mengalami peningkatan untuk sapi potong 0,53%, kambing 4,39%
dan domba 23,15% per tahun. Namun tingkat pemotongan ternak tersebut tidak
diimbangi dengan peningkatan populasi yang dikembangkan, jika masalah ini terus
berlanjut dan tidak terkendali berdampak pada pengurasan sumberdaya ternak yang
juga menurunkan mutu ternak di masyarakat, karena ternak yang berkualitas baik
tidak tersisakan untuk pembibitan. Saat ini kebutuhan daging sapi mencapai
430 ribu ton per tahun. Dari jumlah ini, sebanyak 25 persen atau 100 ribu ton
daging berasal dari impor. Konsumsi daging sapi di Indonesia dinilai masih
rendah atau sekitar 2 kilogram per kapita selama setahun (Okezone.com, 7/12).
Penurunan
pendapatan dari sektor pertanian dan populasi hewan ternak disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya sebagai berikut:
·
Paradigma
masyarakat dan generasi muda berubah : Perkembangan dunia Teknologi dan
informasi telah membuat dunia para petani dan peternak beralih pada aktivitas
industri dan mulai meninggalkan lahan pertanianya.
·
Menyempitnya
lahan pertanian karena pertumbuhan penduduk yang besar, menurut Syamsu (2003) yang
dikutip dari Kasryno dan Syafa'at (2000) bahwa sumberdaya alam untuk peternakan
berupa padang penggembalaan di Indonesia mengalami penurunan sekitar 30%.
·
Kurangnya
perhatian pemerintah dalam mengembangkan dan memfasilitasi kesejaheraan petani,
pemerintah lebih memfokuskan pada pembangunan Industri, terlupakan merka lupa
bahwa kemajuan dunia industri bukanlah semata-mata disebabkan oleh kerja
keras peindustri melainkan banyak kontribusi dan sumbangsih yang berarti dari
dunia pertanian kepada dunia industri.
·
Ketersediaan
hijauan yang dipengaruhi iklim.
·
Minimnya
pengetahuan dan modal yang dimiliki petani atau peternak.
Indonesia
adalah negara kepulauan dengan 14.000 pulau, Dalam pendataan penduduk oleh
Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010
mencapai 259.940.857 (Kompas.com, 9/11). Indonesia merupakan pasar
utama ekspor daging dan sapi bakalan peternak Australia, dari sini dan Selandia
Baru, Indonesia mencukupi kebutuhan daging. Oleh sebab itu timbul sebuah masalah,
Negara Indonesia memiliki potensi besar dan pengembangan dalam sektor
peternakan khususnya sapi dan kerbau. namun mengapa dalam mencukupi kebutuhan
dalam negeri masih mengimpor.
Sektor
pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang belum
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.
Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan
tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Pengetahuan,
mahalya biaya, manajemen, pakan mahal. Oleh sebab itu pemerintah mulai
menyadari salah satu kelengahan mereka betapa pentingsektor pertanian dan
peternakan dalam memicu pertumbuhan perekonomian Negara. Oleh sebab itu program
PSDSK mulai digerakkan.
1.4 Upaya Mencapai Swasembada Daging Sapi Dan Kerbau
Di Indonesia
Pengembangan
industri sapi potong dan kerbau mempunyai prospek yang sangat baik dengan
memanfaatkan sumber daya lahan maupun sumber daya pakan (limbah pertanian dan perkebunan)
yang tersedia terutama di luar Jawa. Potensi lahan pertanian yang belum
dimanfaatkan mencapai 32 juta ha, lahan terlantar 11,50 juta ha, dan lahan
pekarangan 5,40 juta ha, belum termasuk lahan gambut dan lebak (Maluyu, 2009). Namun,
kenyataan menunjukkan pengembangan sapi potong belum mampu memenuhi kebutuhan
daging dalam negeri. Menurut Sumardjo (2012) upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial peternakan, salah satunya dapat memfasilitasi peternak
dengan pelayanan penyuluhan yang memadai dengan tenaga-tenaga yang berkualitas
dan professional. Penyuluh yang berpengetahuan, sikap dan ketrampilan tinggi
serta berdedikasi sebagai seorang penyuluh social yang bisa merubah perilaku
masyarakat untuk lebih mampu berperan serta dalam usaha-usaha kesejahteraan
sosial.
Menurut
undang-undang nomor 16 tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup . Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian
pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan .
Penyuluh
mampu mengatasi permasalahan peternak,karena para peternak lebih menitikkan
pada logika dan bukti, hendaknya Penyuluh memberikan bukti nyata mengenai
keberhasilan praktik materi yang disampaikan, kemudian melakukan pendampinyan
kepada petani dan peternak dalam menerapkan pola sesuai target keberhasilan
yang telah dibuktikan. Setelah mereka percaya proses pemberian materi akan
lebih mudah karena hasil yang dicapai terbukti memberikan hasil optimal dengan
pengeluaran minimal. Kemudian untuk memotivasi mereka untuk lebih semangat dan
competetif, dapat diberikan penghargaan bagi peternak yang memiliki hasil
optimal terbaik. Selama proses penyuluhan peternakan dibutuhkan penyamaan
persepsi, visi, misi bersama para pelaku agribisnis. Penyuluhan yang diberikan
kepada peternak tidak cukup, tetapi para peaku perusahaan agribisnis dan jasa
penunjang yang tekait juga butuh penyuluhan, jika hal ini berhasil akan
mempermudah proses antar semua pelaku yang terkait dan terhindar dari permainan
pasar atau yang lainnya.
Penyuluhan
memudahkan peternak untuk adopsi dan difusi inovasi dengan metode yang tepat
& efektif akan mempermudah untuk dipahami oleh petani. penyuluhan selalu
ada unsur komunikasi, dengan komunikasi peternakan, suatu pernyataan antar
manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang peternakan baik secara
perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum dapat berjalan lancar. dalam
penyuluhan perlu adanya materi yang perlu disiapkan dan penyampaian yang sistematis
. Materi penyuluhan pertanian biasanya berupa inovasi-inovasi di bidang
pertanian. Agar pesan inovasi tersebut dapat diterima dan diaplikasikan oleh
target sasaran maka diperlukan metode penyuluhan.
Dari
beberapa penelitian terungkap bahwa dalam program pembangunan pertanian
terdapat sejumlah petani yang hanya mengadopsi komponen-komponen tertentu dari
paket teknologi yang direkomendasikan, bahkan ada indikasi bahwa sebagian
petani yang semula telah melaksanakan paket teknologi kemudian kembali lagi
pada teknologi usahatani lama. Gejala tersebut dapat menghambat upaya
pelembagaan teknologi pertanian pada kelompok-kelompok sasaran . Di samping
lingkungan fisik. ada lima faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam
mengadopsiperubahan teknologi, yakni a) keuntungan nilai tambah relatif bila
teknologi itu diadopsi, b)kecocokan teknologi dengan sosial budaya setempat, c)
hasil pengamatan petani terhadappetani lain yang sedang atau telah mencoba
teknologi itu sebagai dasar peletakankepercayaan, d) mencoba sendiri akan
keberhasilan teknologi barn dan e) kondisi ekonomi yang ada seperti
ketersediaan modal, bagaimana konsekuensi kenaikan produksi terhadap harga
produk.
Penyuluh
menjembatani dalam penyampaian dan praktik informasi terbaru mengenai
permasalahan dan solusi yang dihadapi masyarakat seperti; teknis peni ngkatan
mutu kualitas pakan, akses Permodalan. Kemudian setiap materi yang akan
disampaikan penyuluh minimal searah dengan upaya mengatasi kendala dan masalah
yang dihadapi peternak. Setiap setelah dilakukan proses penyuluhan, tim
penyuluh melakukan evaluasi mengenai hasil materi yang telah disampaikan, untuk
memastikan pesan yang disampaikan sesuai dengan Peternak jika dalam kebijakan
pemerintah tidak mendukung, misalnya Kebijakan impor yang sarat dengan
kepentingan pemodal kuat telah menyebabkan harga-harga produk lokal jatuh dan
kalah bersaing. Hal ini terjadi pada kasus daging impor yang jumlahnya ratus
ribu ton per tahun yang telah menyebabkan tersisihnya produk lokal. Oleh sebab
itu peran pemerintah tidak bias terlepas dalam mensejahterakan Rakyat
Indonesia. Pemerintah patut membuat berbagai kebijakan yang searah dan focus
pada sebuah visi misi tujuan.. Agar Program PSDSK 2014 dapat berjalan lancar.
Karena bagaimanapun kerja keras kelembagaan penyuluhan meningkatkan produktifitas masyarakat, apabila kemudian
ketika produk masyarakat jatuh dan membuat masyarakat sebagai produsen merugi,
maka motivasi kerja masyarakat pun melemah dan bahkan meninggalkan usaha
produktifnya.
DAFTAR PUSTAKA :
Abdullah,
Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan Dan
Kelompok Tani Ternak Untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi Dalam Peternakan Sapi
Potong. Prosiding
Seminar Nasionat Sapi Potong-Palu, 24 November 2008 hlm:188-196
Peraturan
Menteri Pertanian. 2010. Pedoman Umum
Program Swasembada Daging Sapi 2014. Hal (4).
Daryanto, Arief. 2011.. Dinamika PSDS 2014. Majalah Trobos
edisi Maret 2011
Anonimus.
2010. Sumberdaya Alam Indonesia. Wikipedia.com.
diakses pada 17 Nopember 2012.
Ferdiansyah,
Ferry. 2012. Menuju Swasembada Daging.
Okezone.com, 7/12 diakses pada 17 Nopember 2012.
Ruslan,
Kadir. 2012. Sensus Pertanian 2013:
“Untuk Masa Depan Petani yang Lebih Baik”. Kopasiana.com 8/12. Diakses pada 17 Nopember
2012
Syamsu,
Jamal A., Sofyan, Lily A., dan Sa’id, E. Gumbira. 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia Di
Indonesia. WARTAZOA
Vol. 13 No.1 Th. 2003. Hlm: 30-37.
Susilo,
Nina. 2011. Jumlah Penduduk Indonesia 259
Juta. Kompas.com, 9/11. diakses pada 17 Nopember 2012.